Tanggal dan Weton: Senin Wage, 15 November 1976
RAKYATMEDIAPERS.CO.ID - Artikel tentang tanggal, weton, dan wuku dalam tradisi Jawa memang penuh makna unik yang bisa diulik dari berbagai sisi.
Kalau kita bahas secara lebih santai, artikel ini bisa jadi panduan buat siapa saja yang penasaran tentang sifat-sifat dan karakter yang dipercayai turun-temurun dalam kalender Jawa, khususnya buat yang punya tanggal kelahiran pada Senin Wage, 15 November 1976, alias 23 Dulkaidah 1908 dalam kalender Jawa.
Kalau kita lihat tanggal Masehi 15 November 1976, jatuhnya hari Senin Wage dalam kalender Jawa.
Kombinasi hari dan pasaran ini dipercaya membawa karakter tertentu, di mana hari Senin atau “Senen” punya sifat berubah-ubah, menarik perhatian, dan penuh simpati.
Tapi jangan salah, pasaran Wage di sisi lain dikenal punya karakter yang sedikit angkuh dan keras kepala.
Jadi, kalau kamu lahir di Senin Wage, kemungkinan kamu adalah tipe orang yang mudah disukai tapi sekaligus penuh pendirian dan tidak gampang menyerah.
Sifat Berdasarkan Weton: Campuran Senin dan Wage
Mari kita telisik lebih dalam.
Berdasarkan hari Senen, kita bisa menggambarkan seseorang yang mudah berubah, banyak menarik perhatian, dan punya jiwa yang indah.
Namun, karena ini juga jatuh di pasaran Wage, karakter ini bisa sedikit terkesan angkuh dan cenderung malas dalam mencari nafkah.
Wage ini simbolik buat mereka yang butuh dorongan atau dukungan dari orang lain untuk berkembang—dengan kata lain, cocok jadi tim, tapi sering nggak bisa jalan sendiri tanpa bantuan.
Hastawara, Sadwara, dan Sangawara: Makna dari Sri, Uwas, dan Wurung
Nah, di sinilah tradisi Jawa makin seru.
Weton ini juga diwarnai dengan pengaruh dari tiga elemen lain yang disebut Hastawara, Sadwara, dan Sangawara.
Pada Hastawara, kita dapati karakter “Sri” yang melambangkan belas kasih serta daya tarik yang besar.
Orang dengan sifat Sri biasanya disukai banyak orang, punya banyak teman, dan mudah mendapat simpati.
Tapi jangan dulu puas, ada elemen Sadwara yaitu “Uwas” yang simbolik sebagai burung dan membawa sifat takabur atau sombong.
Artinya, sifat baiknya kadang bisa tertutupi oleh rasa ego yang berlebih, hingga bisa menimbulkan masalah dengan orang sekitar.
Lalu, dalam Sangawara yang diberi nama “Wurung” dengan elemen api, sifatnya jadi lebih bersemangat dan penuh motivasi.
Orang ini penuh gairah mengejar impian, tapi sering kali kurang sabaran.
Kombinasi ini memberikan warna yang unik: walaupun disukai banyak orang dan punya daya tarik, bisa jadi orangnya keras kepala dan mudah emosional.
Saptawara: Tunggak Semi, Rezeki yang Tak Pernah Habis
Dalam siklus Saptawara atau Pancasuda, weton ini dikenal dengan nama Tunggak Semi.
Filosofinya adalah keberuntungan atau rezeki yang akan selalu ada, walaupun dalam keadaan sulit, selalu ada jalan untuk kembali bangkit.
Rezeki seperti Tunggak Semi artinya kalaupun habis, masih ada peluang untuk mendapatkan kembali.
Cocok banget buat mereka yang selalu berusaha walaupun mengalami jatuh bangun dalam hidup.
Rakam: Sanggar Waringin, Sosok yang Memberi Perlindungan
Kalau ada teman yang sering datang curhat ke kamu, mungkin ini efek dari Sanggar Waringin dalam perhitungan Jawa.
Sifat ini menandakan keteduhan dan kecenderungan untuk melindungi orang lain.
Kamu mungkin orang yang suka menolong, suka memberikan dukungan pada teman atau keluarga, dan sering jadi tempat berlindung bagi orang yang membutuhkan.
Paarasan: Lakuning Gêni, Ambisius tapi Mudah Marah
Lakuning Gêni artinya “jalan api” dan sifat ini kerap membuat seseorang terlihat ambisius tapi juga mudah marah.
Kelahiran di Senin Wage dengan Paarasan ini berarti kamu mungkin punya jiwa berapi-api, cepat mengambil tindakan, dan penuh energi.
Namun, dengan energi besar ini, sering kali muncul tantangan dalam hal mengontrol emosi.
Karakter Berdasarkan Wuku: Kurantil
Masih belum selesai nih, ada satu elemen lagi yang bikin karakter kamu makin kompleks, yaitu wuku Kurantil.
Dalam tradisi Jawa, Kurantil ini digambarkan sebagai sosok yang berada di bawah naungan Dewa Bumi Bethara Langsur.
Pohon yang menggambarkan wuku ini adalah Pohon Inggas, yang mengartikan sifat terburu-buru namun sabar dalam hati.
Menurut kepercayaan Jawa, orang dengan wuku ini tidak suka menganggur, lebih suka sibuk dan aktif dalam berbagai hal.
Ada beberapa elemen menarik di dalam Kurantil ini, salah satunya adalah Gedhongnya yang terbalik—tanda kalau seseorang mungkin boros, susah mengatur keuangan, dan sulit menyimpan harta.
Selain itu, Kurantil juga punya kecenderungan suka selingkuh, yang tentu saja tidak selalu berlaku bagi semua orang tapi bisa dijadikan bahan introspeksi.
Wuku ini juga memiliki simbol angin atau udara yang membawa kesan ketidakstabilan.
Wuku Kurantil baik buat mereka yang ingin mencari jodoh tapi kurang cocok untuk menikahkan anak atau mengumpulkan orang banyak.
Panduan Selama Wuku Kurantil: Anggara Kasih dan Larangan Arah
Dalam periode 7 hari wuku Kurantil, ada beberapa pantangan yang dipercayai.
Misalnya, Anggara Kasih yang jatuh pada hari Selasa dipercaya kurang baik untuk perjalanan ke arah bawah.
Beberapa kepercayaan bahkan menyarankan agar menghindari memanjat atau aktivitas yang bisa berisiko.
Ritual dan Sesaji untuk Wuku Kurantil
Untuk menjaga keberuntungan dan menjauhkan dari pengaruh negatif, dalam tradisi Jawa, disarankan melakukan sedekah atau sesaji dengan tumpeng dang-dangan yang berisi beras dan lauknya ayam blirik dipecel.
Doanya terdiri dari pina dan sholawat tujuh kali ketheng yang dipercaya membawa berkah dan keselamatan.
Wuku Kurantil ini memang cukup kompleks, jadi buat yang merasakan pengaruhnya, tradisi ini bisa jadi jalan untuk menyeimbangkan energi.
Itulah sedikit banyak ulasan tentang sifat dan karakter yang muncul dari weton dan wuku untuk tanggal kelahiran Senin Wage, 15 November 1976.
Meskipun ini hanyalah bagian dari kepercayaan tradisional, bisa jadi bahan introspeksi untuk mengenali diri dan sifat-sifat yang mungkin memang sudah ada dalam diri kita.***